Upaya Menjadikan Poso lebih Baik

Hari ini saya akan menceritakan sedikit upaya yang pernah kami lakukan untuk membuat Poso menjadi lebih baik. Setelah tercabik-cabik oleh konflik horisontal selama bertahun-tahun. Hubungan interaksi antar umat beragama di Poso memang mengalami pasang surut. Terkadang eskalasi konflik naik di sebabkan persoalan kecil dan sepele. Keadaan menjadi sulit untuk di prediksi.Rasa aman menjadi sesuatu yang langka.Sementara itu bantuan kemanusiaan bermilyar-milyar masuk ke Poso. Ini sebuah hal yang lumrah,ketika nurani manusia tergerak oleh sebuah bencana kemanusiaan. Tetapi yang salah adalah ketika banyak orang menjadi tergantung hidupnya pada bantuan-bantuan itu. Sebagian orang merasa di untungkan oleh bantuan tersebut. Operasi-operasi pemulihan keamananpun  juga menelan biaya yang sangat banyak.  Rasa curiga dan prasangka, mewabah pada hampir semua orang  Beginilah keadaan Poso pada beberapa tahun yang lalu.

Gus Dur sang Guru Bangsa itu pernah bicara : "Tidak penting apapun Agama atau Sukumu...Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang... Mereka tidak akan pernah bertanya...Apa Agamamu..


Sekilas mengamati upaya Negara dan prakarsa Rakyat.

Penulis pada pertemuan dengan Wapres Jusuf  Kalla bersama beberapa kawan-kawan Poso 2005
















Deklarasi Malino I pada Desember 2001 yang,  di upayakan oleh Pemerintah lewat Bpk Yusuf Kalla yang waktu itu sebagai Menkokesra berdampak pada terhentinya konflik komunal. Tetapi konflik kemudian berubah wujud. Dari perang terbuka antar warga menjadi aksi Teror penyerangan Desa oleh kelompok-kelompok kecil Aksi penembakan,teror bom bahkan penculikan yang di sertai pembunuhan. Rasa ketakutan dan saling curiga tumbuh subur. Kenapa demikian...? Ini di karenakan pertemuan Malino I itu hanya mendengarkan apa kata Tokoh. Dan banyak kelompok merasa tidak terwakili pada pertemuan itu.
Pada pertengahan tahun 2004,tergerak oleh kesadaran akan kemanusiaan,,masyarakat mulai mengorganisir diri untuk mengadakan pertemuan yang berbasis, pada adat, budaya, dan juga hubungan kekerabatan.
 Kenapa kemudian adat,budaya dan hubungan kekerabatan yang di jadikan dasar untuk membangun rekonsiliasi..??
Begini para pembaca sekalian....
Dahulu di Poso sebelum kerusuhan terjadi,hubungan antar agama begitu baik. . Kawin berbeda suku, agama dan keyakinan adalah hal yang lumrah.  Punya om atau tante yang beragama lain, adalah sebuah hal yang biasa. Menjadi sebuah kewajiban bagi kami, untuk saling mengunjungi saat hari raya keagamaan Begitulah Silaturahmi di bangun.
Sejarah juga mengajarkan tentang hubungan antar agama yang begitu baik. Orang-orang tua kita dahulu bebas memilih agama yang di yakininya,tanpa harus bertikai. Jadi dalam sebuah keluarga, kakak beradik,bisa berbeda agama. Hal itu tidak mengurangi sedikitpun, rasa kekeluargaan mereka. Nilai-nilai inilah yang kemudian di gali lagi dan dijadikan dasar untuk membentuk sebuah forum yang berbasis pada budaya dan adat istiadat.
Dari sebuah forum yang kecil,nilai-nilai baik itu di tularkan. Masyarakat berinisiatif untuk melakukan pertemuan demi pertemuan untuk membangun dialog,dan membangun ruang-ruang untuk saling memahami. Pada Tahun 2004 dilakukan pertemuan masyarakat muslim dan kristen di Tentena,yang melibatkan ribuan orang. Pertemuan yang tidak di bantu donor manapun. Tidak di fasilitasi oleh pemerintah pusat dan daerah,tapi semata-mata prakarsa dan inisiatif  Rakyat yang di gerakan oleh cinta terhadap sesama.
Pada pertemuan inilah di bentuk sebuah forum yang lebih besar dan melibatkan lebih banyak orang. Forum itu dinamakan Siwagilemba,yang memiliki arti sebuah kesatuan yang kuat dalam kerangka persaudaraan.
Walaupun sebagai sebuah organisasi forum ini sudah tidak aktif, namun sampai sekarang semangatnya masih terjaga,dan komunikasi diantara para anggotanya tetap terjalin dengan baik.Saudara-saudara muslim To Poso, Himpunan Pemuda Alkhairat,para mantan kombatan,masih saling menghubungi jika ada gejolak yang terjadi.
19 Tahun sudah penanganan konflik Poso dilakukan oleh banyak pihak,,namun masih tersisa sekian banyak pekerjaan yang harus di selwsaikan.Menjadikan Poso menjadi lebih baik. Ini Tugas kita semua. Karena Poso adalah rumah kita. Sebuah rumah tempat kita hidup bersama.
 Inilah sedikit upaya-upaya yang telah kami lakukan. Dan doakan agar kami tetap bisa menjaga apa yang telah kami bangun.
Penulis bersama masyarakat Poso berdialog dengan Gus Dur di kantor PB NU 2005


Penulis Jimmy Methusala

Comments