Suku Yang mendiami Poso dan Sedikit catatan tentang Perempuan dalam Agama Suku

Teluk Poso 1905
Di tana Poso kebiasaan menyebut suku seseorang di awali dengan kata "To".  To jawa untuk menyebutkan seseorang yang bersuku jawa. To Makasssar untuk menyebutkan seseorang yang bersuku Makasar dll.Nah siapakah To-To yang berada di Poso sebelum suku-suku lain yang kita kenal di Indonesia masuk ke Poso..?
Ta Du Wurake atau Pendeta Agama Suku dari suku Pamona 
Di Poso ada banyak suku-suku kecil yang yang mendiami pegunungan dan lembah,yang terdapat dalam wilayah Poso. Suku yang terbesar di sebut suku Pamona yang memiliki setidaknya 23 sub suku yang menghuni pegunungan wilayah Timur,Selatan dan sebagian pegunungan Barat serta di sepanjang pesisir pantai. Sebagian besar Wilayah Pegunungan sebelah Barat di huni oleh suku Lore yang terbagi dalam tiga Sub suku Yakni To Pekurehua atau disebut juga To Napu. To Bada dan To Behoa. Pegunungan tempat hidup suku Lore memiliki pemandangan yang indah. Padang rumput dan sabana. Menghiasi lereng-lereng Gunung. Suku Lore juga di kenal sebagai suku peternak. Pesisir pantai pada awalnya di tempati oleh suku-suku dari luar Poso.Seperti To Padangka atau orang-orang perahu yang mengisi pantai di wilayah Poso Pesisir Desa Mapane sekarang atau wilayah ini di sebut juga Takule yang artinya belimbing sayur karena banyak belimbing ini tumbuh di daerah itu. Banyak spekulasi tentang asal mereka.tetapi sebagian  menyebutkan asal mereka dari arah Sulawesi Selatan yakni Luwu karena waktu itu kerajaan-kerajaan kecil To Pamona berpayung ke Luwu dalam artian takluk secara politis. Karena kerajaan Luwu tidak pernah menundukan kerajaan-kerajaan Di Poso dengan perang,tetapi dengan cara kawin mawin. Sehingga tali kekerabatan menjadi kuat. Orang-orang yang tinggal di pegunungan tertarik turun ke arah pantai di sebabkan karena kebutuhan akan garam. Teknologi pembuatan garam ini di duga mereka pelajari dari para pendatang. Garam juga merupakan kebutuhan suku-suku di pegunungan untuk mengawetkan daging hasil buruan. Atau untuk pembuatan dendeng.
To Walia atau Pendeta Perempuan Agama Suku dari Behoa Lore
Sebelum agama-agama samawi atau agama-agama langit masuk orang Poso memiliki agama tradisi atau agama tanah yang hidup dan di yakini dikalangan mereka. To Pamona dengan agama Molamoa atau Mowurake dengan imamnya Tadu Wurake. To Lore dengan agama Mowalia dengan imamnya yang di sebut ToPo Walia dll. Sebagian besar imam dalam agama suku ini adalah perempuan. Merekalah yang mengatur Daur Hidup dalam komunitas sukunya.
Dari pembukaan ladang,kapan mulai menanam,memanen,berburu hewan,bahkan dalam berperang atau mengayau suku yang lain di tentukan oleh Perempuan yang menjadi imam ini.
Perempuan di anggap sebagai ibu dari alam dan mereka memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan alam.
Raja Talasa
Dari tuturan orang tua yang saya pernah dengar langsung tentang seorang To Po Walia dari To Pekurehua atau napu. To Po Walia ini mempunyai kemampuan dalam hal meramalkan kejadian. Khususnya kejadian yang menyangkut perang.
Jadi hal-hal yang menyangkut spiritual di pegang oleh Perempuan.
Bahkan di Lore ketika terjadi perang masyarakat lokal melawan tentara Belanda, di sebuah tempat yang bernama Peore. Seorang Bangsawan perempuan berhasil menghentikan perang dengan mengibarkan bendera putih.
Agama Samawi yang masuk pertama di Kabupaten Poso yaitu agama islam. Agama Islam di duga masuk ke Poso pada Akhir Tahun 1700 an  Sedangkan agama kristen masuk pada Tahun 1892 oleh sebuah badan Zending Belanda yakni NZG
Makloemat Radja Talasa
Tokoh yang membawa agama kristen masuk ke Poso yaitu Albert Christian Kruyt yang melakukan pembabtisan pertama pada tahun 1909. Dengan membaptis seorang bangsawan dari Suku Pamona sub suku Pebato Yang bernama Papa I Wunte dan seorang Perempuan yakni Ine Maseka.
Pada pertengahan 1900 an suku-suku dari wilayah lain di Indonesia mulai memasuki wilayah Poso. Sehingga kemudian Raja Talasa Tua yang berkuasa di Poso mengeluarkan maklumat raja pada bulan Mei Tahun 1947 yang isinya memberikan keleluasan suku-suku yang lain untuk tinggal di Poso selama mereka menghormati adat istiadat dan mematuhi perintah Raja.
Hal inilah yang kemudian membuat Poso memiliki berbagai macam Suku yang mendiaminya  Percampuran antar suku dan etnis melalui perkawinan yang kemudian melahirkan orang-orang Poso seperti saya yang menganggap diri sebagai sebuah suku yang baru yakni To Poso atau Orang Poso.



 Penulis Jimmy Methusala.

                                                           

Comments