Tampo Lore Sepenggal Tanah Surga yang Jatuh ke Bumi

Padang Rumput Lore
Lembah Lore
Tampo Lore atau Tanah Lore..
Sebuah Tempat yang terletak di dataran tinggi,pada ketinggian 800 m dpl  di Kabupaten Poso..
Srepa dan Sabana menghiasi bentang alam daerah ini..
Sungai Lairiang
Di tengah-tengah lembah mengalir Sungai Lairiang,sungai terpanjang di Pulau Sulawesi.
Hulu Sungai ini terletak di Lore Utara Desa Sedoa dan bermuara di Sulawesi Barat Kabupaten Mamuju. Tampo Lore ini juga terletak di tengah-tengah kawasan Taman Nasional Lore Lindu.
Ada beberapa Suku asli yang mendiami Tanah Lore yakni,To Pekurehua,To Bada, To Behoa dan To Tawaelia  Mereka menghuni tiga lembah besar di Tampo Lore.
Sekarang Tanah Lore di huni oleh bermacam-macam suku yang ada di Indonesia.
Populasi penduduk di Lore 50.000 jiwa lebih,sebagian besar mereka bertani.
Penduduk asli selain bertani juga beternak.
Seorang Timboko di padang penggembalaan Desa
Peternakan ini sudah menjadi bagian dari Tradisi yang di turunkan dari jaman nenek moyang mereka.
Hampir semua Desa memiliki padang penggembalaan ternak yang di sebut Lambara. Peternakan ini pemilikannya komunal.
Ada beberapa orang yang di angkat oleh para tetua kampung untuk menggembalakan ternak.
Patung Tadulako Megalithik di Lembah Behoa
Para penggembala ini disebut Timboko. Kata "Timboko itu di ambil dari nama sejenis burung bangau yang sering hinggap di punggung kerbau untuk memakan kutu kerbau.
Tidak semua orang bisa menjadi Timboko.
Hanya orang-orang tertentu yang bisa menjadi Timboko,setelah melalui sebuah prosesi Adat.

Lembah yang indah ini memiliki sejarah yang panjang tentang kebudayaan-kebudayaan tua yang masih bisa kita temukan pada peninggalan Megalithiknya.




Kalamba di Situs Pokekea Lembah Behoa












Terjepit dalam kawasan Taman Nasional Lore Lindu membuat masyarakat Lore sulit untuk mengakses Hutan dan Sumber Daya Alam yang lain dengan leluasa. Beberapa kasus sempat kriminalisasi sempat di alami masyarakat ketika mengakses kebunnya yang sudah berbatasan dengan Taman Nasional.
Bahkan ada desa yang seluruhnya masuk dalam kawasan Taman Nasional karena saat Balai Taman Nasional melakukan pemetaan,,tidak melibatkan masyarakat.

Sebenarnya masyarakat punya konsep konservasi yang di wariskan turun temurun. Sebab jika tidak,mungkin sejak dahulu Hutan di daerah itu sudah mengalami deforestasi.
Tapi konsep-konsep mereka tidak mendapatkan ruang dalam kebijakan Taman Nasional.

"Kami Sudah Duluan Ada,bahkan sebelum Republik ini Terbentuk". "Kami Paham bagaimana menjaga Hutan." Itu kata mereka.

Sekarang ini Tampo Lore menata diri untuk menjadi sebuah Kabupaten sendiri,lepas dari Kabupaten Poso.
Potensi yang mendukung untuk menjadi sebuah Kabupaten,di miliki oleh Tampo Lore.
Sebuah tempat yang indah dan masih memelihara tradisi dengan baik.
Sebaiknya mari kita berpikir sama-sama bagaimana mensejahterakan Rakyat tanpa merusak Alam.


Penyambutan Tamu secara adat pada kongres Tampo Lore


Penulis Jimmy Methusala

Comments