Kami Hidup dari Tanah dan Air


Pantai Poso
Bentang Alam Kabupaten Poso memang indah dan lengkap.
Sungai Poso
Dari pinggiran pantai sampai dengan padang dan sabana di dataran tinggi,ada di Poso
Letak Kota Poso sebagai Ibu kota Kabupaten, berada pada pinggiran Teluk Tomini dengan sungai Poso yang membelah kota menjadi dua.
Ketika kecil dulu,mandi di sungai menjadi sesuatu yang wajib dan harus bagi masa kanak-kanak kami. Mengambil air minum. Mandi bersama,mencuci bersama,memancing,bahkan kami memiliki kebiasaan untuk mengilir atau menghanyutkan pohon,yang di bentuk menjadi rakit. Pohon ini untuk persediaan kayu api. Di Sungai Poso interaksi  antar kampung yang bertetangga terjadi
Cengkeh
Komposisi orang Poso di lihat dari mata pencarian amat beragam.
Kopi
Sektor Pertanian dan Perikanan menjadi bagian terbesar mata pencarian orang Poso. Petani dan Nelayan,hampir 70 % (persen) masyarakat Poso menggantungkan kehidupannya pada dua sektor ini.
Petani sawah dan petani kebun yang menanam tanaman Tahunan,seperti Cengkeh,Kakao,Kopi,Vanili,Kelapa,Pala dll.
Kakao
 Sebagian besar ada di daerah pegunungan. Sementara di daerah pesisir, sawah dan kebun tanaman tahunan juga ada, walaupun tidak sebanyak daerah pegunungan.
Di beberapa tempat di pegunungan,khususnya daerah Lore, menjadi penghasil sayur mayur.  Pemasarannya sampai ke Pulau Kalimantan. Tanaman tahunan seperti, Cengkeh, Pala dan Kopi masuk ke daerah Kabupaten Poso di duga pada sekitar Tahun 1920 an di bawa masuk ke Poso oleh orang-orang Minahasa yang datang ke Poso.
Kakao dan Vanili merupakan tanaman yang mulai marak di tanam pada era 1980 an.
Beberapa desa di pegunungan yang penduduknya mayoritas petani,  masih memiliki dan menyimpan varietas lokal padi ladang, jenis sayur-sayuran, juga jenis ketimun lokal. Menurut mereka benih-benih ini telah mereka simpan dari jaman nenek moyangnya.

Nelayan Poso
Di Poso sebagian besar nelayannya adalah nelayan tradisional. Daerah Teluk Tomini memang kaya dengan berbagai jenis ikan dengan titik pemancingan yang sangat banyak. Sebagian besar Nelayan ini masih menggunakan pancing yang sederhana juga ada beberapa yang menggunakan pukat.
Terkadang mereka kalah bersaing dengan nelayan-nelayan besar yang juga ada di Poso maupun dari daerah Kabupaten lain di luar Poso.
Jika musim Barat tiba,gelombang akan menjadi besar,dan cuaca menjadiburuk,nelayan-nelayan ini akan berganti profesi menjadi buruh bangunan atau mengolah kebun bagi yang memilikinya.
 Desa Taipa di pinggiran Danau Poso
Di danau Poso juga banyak petani yang merangkap menjadi nelayan sambil menunggu panen sawah dan kebun tiba.
Danau ini juga kaya akan jenis-jenis ikan seperti ikan mas,mujair,sidat,udang, juga terdapat beberapa jenis ikan teri air tawar. Penduduk seputaran danau juga ada memelihara ikan dalam karamba apung juga karamba tancap.
Bagi sebagian besar mereka Tanah dan juga air memiliki nilai yang tak tergantikan,walaupun terkadang mereka harus menjual tanahnya di karenakan kebutuhan ekonomi yang mendesak.
Penguasaan-penguasaan tanah pada pesisir danau di dominasi oleh orang-orang tertentu yang menjadikan tempat itu sebagai milik pribadi dan melarang masyarakat sekitar ke tempat itu. Sehingga ada beberapa kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan tempat itu tidak bisa lagi dilakukan.

menangkap udang di danau Poso
Dahulu dalam beberapa prosesi adat,danau merupakan sebuah tempat yang penting bagi suku Pamona.
Ketika terjadi sebuah pelanggaran adat yang bersifat kesusilaan di kampung,Setelah pelaku menerima sanksi adat, para pemangku adat akan melakukan ritual "Moando Sala" yang bertujuan membersihkan kampung. Dengan ritual memotong seekor kerbau dan menghanyutkan atau melarung kepala kerbau itu ke Danau.

Peralihan komoditi tanam juga mempengaruhi corak produksi dan penguasaan akan tanah. Jika dahulu ketika masih menanam padi penguasaan tanah masih bersifat komunal. Anggota masyarakat masih boleh dan bisa untuk saling meminjam lahan. Tetapi ketika mengganti produk pertaniannya dengan tanaman tahunan seperti kakao,cengkeh,vanili maka kepemilikan Tanah berubah  menjadi hak pribadi. Kepemilikan komunal menjadi hilang. Skema penguasaanpun berubah. Dan pihak pemerintah berada dimana,ketika lahan kebun menjadi sangat terbatas??
Mari kita melihat Para Petani yang hidup di dataran tinggi,wilayah Lore. Disana ketersediaan lahan pertanian menjadi terbatas. Ini dikarenakan status Taman Nasional Lore Lindu menjadikan mereka sulit untuk mengakses hutan. Konsep konservasi yang di terapkan oleh Negara membuat masyarakat menjadi serba salah.
 Padahal mereka juga punya sistem Konservasi yang sudah di lakukan secara turun temurun. Mereka sangat paham dalam menjaga hutan.Hutan punya hubungan yang sakral dengan masyarakat di sekitarnya. Jika mereka tidak memiliki hal itu mungkin sudah lama hutan di daerah ini habis.

Sawah di pinggiran Taman Nasional Lore Lindu
Di beberapa kampung terjadi penangkapan dan kriminalisasi terhadap petani ketika mereka di anggap mengolah kebun atau berburu di dalam kawasan konservasi ini.
Maka ada istilah yang tumbuh pada masyarakat ketika bicara tentan cadangan lahan kebun,yakni :
KESITU JANGAN ! ,KESANA TIDAK BOLEH.!
Saya sendiri akan sepakat dengan segala macam pelarangan itu jika.... Masyarakat terpenuhi hak atas tanahnya.
 Konservasi jangan mengorbankan hidup para petani... Mari kita sama-sama berpikir untuk membuat Alam Lestari Masyarakat Sejahtera.







Penulis jimmy methusala

Comments