Arsitektur Rumah atau Lobo Masyarakat Poso

Beberapa bangunan Lobo dalam sebuah Lipu 1908











Dalam sebuah Lipu masyarakat yang hidup di situ membangun rumah berdasarkan klan keluarga atau kekerabatan familinya.
Rumah masyarakat suku-suku asli Poso di sebut Lobo. Bangunan ini berbentuk rumah panggung.
Sebuah Lobo biasanya di tinggali oleh beberapa keluarga yang masih kerabat dekat. Jika Lobo sudah terasa sempit maka ada beberapa keluarga yang akan keluar dan membangun Lobo Yang baru.






Motif pahatan kepala kerbau pada tangga Lobo
Ada juga Lobo yang tidak di tinggali dan di fungsikan sebagai kuil tempat ritual agama suku. Disini juga disimpan benda-benda yang di keramatkan juga tengkorak-tengkorak kepala hasil mengayau.

Pada Masyarakat pinggiran danau poso ornamen yang di pahat pada tiang,tangga dan pintu biasanya berupa buaya atau ular.
.Sedangkan pada Suku-suku yang berada di dataran tinggi seperti suku Pekurehua,Bada,maupun Behoa ornamen yang di pahatkan berupa Kerbau atau Anoa.



Denah dasar sebuah Lobo
Bangunan Lobo biasanya di bangun mengitari sebuah tanah lapang yang kosong di tengah-tengah Lipu.
Pemilihan binatang sebagai ornament ukiran juga berhubungan dengan hal-hal yang di sakralkan dalam masyarakat.  Hewan Kerbau mempunyai posisi yang tinggi dalam perlakuan masyarakat. Hal itu di karenakan Kerbau adalah hewan yang di perlukan dalam hampir semua prosesi adat. Jumlah kepemilikan kerbau juga mencerminkan strata seseorang dalam Lipu tersebut. Seorang bangsawan biasanya memiliki jumlah kerbau yang banyak.
Duhunga atau kuil To Pekurehua/Napu di Lamba 1908
Semua bangunan Lobo memiliki ruang tengah yang berfungsi sebagai tempat berkumpul juga tempat untuk memasak.Biasanya setelah berburu atau bekerja di ladang para penghuni Lobo akan duduk mengitari tempat memasak tersebut untuk menghangatkan badan sambil menunggu makanan masak. Pada suku Pekurehua atau napu.kebiasaan itu di sebut mamindu.
 Pada saat kedatangan Belanda di wilayah Pekurehua atau napu,mereka menemukan sebuah bangunan besar yang berfungsi sebagai tempat ritual agama suku, dan tempat para bangsawan berembuk sebelum memutuskan sesuatu. Bangunan ini disebut dengan nama Duhunga. Tiap Tahun para bangsawan akan berkumpul untuk melakukan ritual di tempat itu. Biasanya ritual akan di lanjutkan dengan pesta pora yang berlangsung cukup lama.
Todanga atau Bangku
Dalam Duhunga ini disimpan Kerangka tulang belulang para leluhur,yang ketika hidup memiliki
Todanga atau Bangku didalam Lobo
kesaktian.Roh  Para leluhur ini diyakini menyertai mereka ketika mengayau atau berperang dengan suku-suku yang lain.
Ketika melakukan sebuah musyawarah penghuni Lobo akan duduk melingkar di lantai Lobo,sedangkan orang yang dituakan akan mengambil tempat duduk yang disediakan. Tempat duduk itu biasanya di pahat dengan ornamen manusia,maupun binatang. Pada suku Lore tempat duduk itu disebut Todanga.





Nah Bagaimana caranya  nenek moyang kita membangun Lobo?


Pembangunan Rumah atau Lobo secara g.otong royong atau Mesale
Cara membangun Lobo dimulai dari pembuatan rangka dasar, lantai, kemudian dilanjutkan dengan rangka atas,lalu atap. Atap Lobo di buat dari bambu yang di potong pendek-pendek kemudian di tetak dengan parang. Pembangunannya di lakukan secara gotong royong oleh seluruh masyarakat yang ada di dalam Lipu.





Pembangunan Lobo secara Mesale atau Gotong Royong











Jika dilihat dari arsitekturnya bangunan Lobo ini dirancang sebagai sebuah bangunan yang tahan gempa. Dan beberapa bangunan Lobo ini masih ada yang berdiri dan bisa kita temukan di daerah Lore Tengah atau Behoa.

Penulis Jimmy Methusala

Comments