Ruang Hidup Suku-suku Asli Poso

Kabupaten Poso memiliki beragam suku. Hampir semua suku yang ada di indonesia hidup dan tinggal di Poso. Letak Strategis Poso yang berada di tengah-tengah indonesia menjadi tujuan kedatangan suku-suku yang lain. Dengan motif bermacam-macam. Tetapi sebagian besar suku -suku yang datang motifnya adalah ekonomi.

Jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa asing ke Poso,suku-suku yang ada di Poso seperti Suku Pamona yang merupakan sub etnis terbesar, menyelenggarakan hidup dengan berladang dan berburu hewan liar. Mereka memiliki pembagian wilayah atau sonasi dengan fungsi yang sudah di tetapkan melalui kesepakatan di antara mereka..

Pembukaan Ladang di Watutau Lore 1908











Sonasi pertama adalah WANA daerah ini adalah hutan belantara yang tidak boleh ada kegiatan manusia. Dalam tradisi agama lokal tempat ini di sakralkan. Tetapi dari sudut pandang ilmu pengetahuan wilayah ini merupakan daerah serapan air.


Sonasi Kedua adalah YOPO daerah ini berupa hutan dengan fungsi sebagai tempat berburu,mengambil bahan untuk rumah,obat-obatan dan cadadangan lahan untuk perladangan.
Ditempat ini juga biasanya terdapat wilayah yang di sebut dengan Waka Lipu (Bekas Kampung) atau Kampung Tua. Tandanya berupa kuburan tua,atau pohon-pohon buah seperti durian, langsat,dll. Dengan diameter pohon yang besar. Bahkan di beberapa Waka lipu,masih tersisa batu-batu landasan untuk mendirikan rumah tradisonil. Penyebutan untuk rumah tradisonil adalah Lobo.

Sonasi berikutnya PANGALE,daerah ini merupakan bekas ladang yang di tinggalkan dan suatu saat akan di fungsikan lagi. Dalam sistem perladangan gilir balik masyarakat tradisional memiliki pemahaman bahwa tanah tidak boleh di eksploitasi secara berlebihan.

Biasanya setelah 10 kali musim tanam,tanah di istrahatkan dan mereka akan membuka ladang yang baru. Siklus perladangan ini akan berputar dan suatu saat mereka akan kembali lagi ke tempat semula. Ciri wilayah ini biasanya berupa hutan muda dengan diameter pohon yang tidak besar.

Sonasi Berikutnya adalah Bonde, wilayah ini biasanya dekat dari kampung dan di fungsikan sebagai kebun yang di tanami rempah-rempah,sayur-sayuran dan tanaman tahunan.

Sonasi yang terakhir adalah Lipu atau kampung. Disinilah kehidupan sosial di jalankan.
Sebuah Kampung atau Lipu Suku Bada 1908
(Struktur masyarakat yang ada di tiap Lipu akan di jelaskan pada tulisan yang akan datang.)

Dahulu sebelum agama samawi masuk kebiasaan saling menyerang di antara Lipu atau kampung berpengeruh terhadap perpindahan kampung.
 Orang-orang akan berpindah jika merasa tidak aman.

Setelah agama samawi masuk kebiasaan berpindah ini surut dengan sendirinya.
Pola pertanianpun menjadi berubah menjadi
pertanian menetap. Produk pertanian juga mengalami perubahan dari berladang padi, menjadi berkebun tanaman tahunan mengikuti pola pasar.

fungsi sosial dari ladang dan tanah juga mengalami pergeseran. Jika dahulu orang tidak segan saling meminta hasil kebun sekarang menjadi berubah. Semua memiliki nilai ekonomi.
Jika dahulu orang bisa untuk saling meminjam lahan kebun sekarang tidak bisa lagi karena kebun sudah berisi tanaman tahunan.

Pasar mencerabut kebiasaan sosial yang lain. Status Tanahpun berubah. Dari kepemilikan komunal menjadi kepemilikan pribadi.

Padi Lokal suku Pamona desa Barati yang namanya Pae Ncelata artinya padi dari daerah Sulawesi Selatan
















Poso 25 February 2017
 Penulis Jimmy Methusala










Comments